Berita Sebagai Rekaman

Karakteristik auditif sebagai satu-satunya wujud produk radio memungkinkan radio menyiarkan berita dalam konteks rekaman peristiwa. Rekaman peristiwa dalam pengertian “dokumentasi” dapat disajikan dalam berita dengan menyisipkan rekaman suara nara sumber dan peristiwa, atau penyiaran proses peristiwa detik demi detik secara utuh melalui reportase dan siaran langsung sebagai rekaman gambaran peristiwa (Errol Jonathan dalam Mirza, 2000:70).
Rekaman tidak hanya berlaku untuk radio. Untuk surat kabar, tabloid dan majalah, atau sebut saja produk media cetak, berita juga mengandung arti rekaman peristiwa. Ia dinyatakan dalam berbagai bentuk tulisan dan laporan, foto dan gambar dalam untaian kata dan kalimat yang tersusun dengan rapi dan baik, jelas dan cermat. Sifatnya terdokumentasikan. Menurut pakar linguistik, tulisan lebih menekankan struktur dan makna, sedangkan lisan atau ujaran lebih mengutamakan perhatian, pengertian, dan penerimaan (Tarigan, 1983:1-20)
Dalam perspektif teori jurnalistik, berita sebagai rekaman peristiwa yang terdokumentasikan itu, telah membuka luas ladang penelitian media massa, antara lain dengan berpijak pada paradigma Harold D. Lasswell. Dulu, dikenal dengan teori analisis isi media walaupun difakultas dan jurusan-jurusan komunikasi kurang diminati. Menurut Berelson (1952:18), analisis isi adalah teknik penelitian untuk melukiskan isi komunikasi yang nyata secara objektif, sistematik dan kuantitatif (Rakhmat dan Sukatendel, 1983:8).
Kini berkembang sejumlah teori, pendekatan, dan model “baru” dalam penelitian analisis teks media, yakni analisis wacana, analisis semiotik, dan analisis bingkai (framing). Teori dan pendekatan yang sesungguhnya sudah lama itu, kini mulai bangkit dan digemari kembali dikalangan komunitas komunikasi dan media massa.

>>(Kusumaningrat, hikmat. 2009. Jurnalistik Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya )<<

Komentar

Postingan Populer