TEORI KECERDASAN GANDA DAN PENERAPANNYA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses
pengembangan potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah
menjadi kompetensi. Kompetensi
mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau
pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak
didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi
kompetensi sesuai dengan cita-citanya. Program pendidikan dan pembelajaran seperti
yang berlangsung saat oleh karenanya harus lebih diarahkan atau lebih
berorientasi kepada individu peserta didik. Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang
berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi
terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya
pemahaman pendidikan tentang karakteristik individu. Jerold E. Kemp dan kawan-kawan mengemukakan (1996)
beberapa karakteristik individu siswa yang perlu dipahami antara lain : Age and maturity level, Motivation and attitude toward subject,Expectation and vocational level,Special Talent,Mechanical Dexterity, Ability to work under various enviro condition.
Salah satu karakteristik penting dari individu yang perlu
dipahami oleh guru sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru
yang tidak memahami kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam
memfasilitasi proses pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan.
Generalisasi terhadap kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif
yaitu siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan secara ptimal potensi
yang ada pada dirinya. Akibatnya penanganannya salah seperti yang dilakukan
oleh sistem persekolahan saat ini kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang.
Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka
secara optimal.
Teori kecerdasan ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardner, seorang
profesor psikologi dari Hardvard University akan dijadikan acuan untuk lebih
memahami tentang upaya yang dilakukan oleh guru dan pendidik dalam membantu
memfasilitasi pengembangan potensi individu peserta didik. Secara
berturut-turut dalam tulisan ini akan dipaparkan pada hal-hal seperti,
pentingnya mengembangkan keterampilan hidup, kajian tentang teori kecerdasan
ganda, kriteria keabsahan munculnya
teori kecerdasan, strategi dasar pembelajaran kecerdasan ganda, serta
pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasan ganda.
1. Pentingnya Mengembangkan Ketrampilan Hidup
Masyarakat Indonesia
sebagian besar masih berada dalam masyarakat pertanian, walaupun sudah
ada tanda-tanda hadirnya ekonomi industri. Namun untuk menuju ekonomi informasi
nampaknya Indonesia masih jauh tertinggal dari negara lain. Proses pendidikan dan pembelajaran pada masyarakat
pertanian masih terpusat pada guru. Sedankan pada masyarakat industri
pembelajaran bergeser berpusat pada siswa atau peserta didik dan hasil
belajarnyapun banyak ditentukan oleh komunikasi interaksi. Kita membutuhkan perancang-perancang pembelajaran (Instructional designers) yang
profesional dan benar-benar terampil dalam merancang pola-pola pembelajaran
individual atau pembelajaran “terpribadi” (individualized
instructions).guru atau pendidik dituntut untuk menguasai
ketrampilan-ketrampilan membelajarkan siswanya agar anak-anak menguasai
ketrampilan-ketrampilan dasar yang kemudian berkembang menjadi
ketrampilan-ketrampilan yang lebih tinggi sebagai alat kehidupannya. Ketrampilan tidak diartikan dan dibatasi secara sempit,
dan ketrampilan bukan hanya sekedar keterampilan kerja apabila ketrampilan
hanya untuk ketrampilan itu sendiri. Ketrampilan dalam maknanya yang luas
diartikan sebagai ketrampilan demi kehidupan dan penghidupan yan bermartabat
dan sejahtera lahir dan batin (Santosa S. Hamijoyo, 2002; 3). Upaya untuk melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi
pendidikan ketrampilan ini memang sangant mendesak. Ketrampilan-ketrampilan
yang bermutu dan relevan yang bersifat kejuruan, intelektual, sosial, dan
managerial, serta ketrampilan-ketrampilan yang berhubungan dengan tuntutan
pasar (skill market) yang bervariasi
sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, perlu dilatihkan. Praktek-praktek pembelajaran yang masih mengandalkan pada
cara-cara lama yang menganggap anak hanya perlu melaksanakan kewjiban yang
telah digariskan oleh guru dan orang tua harus diubah. Pembelajaran satu arah,
berorientasi pada keinginan guru dan keinginan guru dan kurikulum, dan
cenderung sangat skolastik dengan mengutamakan prestasi akademik saja perlu
dikaji ulang, karena sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat. Pendekatan skolastik dalam pembelajaran sangat
mementingkan aspek-aspek akademik yang cenderung memberikan tekanan pada
perkembangan inteligensi hanya terbatas pada aspek kognitif, sehingga manusia
telah direduksi menjadi sekedar komponen kognitif. Kondisi ini memicu
terjadinya masalah-masalah sosial yang disebabkan karena lemahnya social capital, sehingga generasi muda
kurang memperoleh bekal ketrampilan untuk hidup.
2.
Teori Kecerdasan
Ganda
Howard Gardner memperkenalkan sekaligus mempromosikan
hasil penelitian Project Zero di Amerika yang berkaitan dengan kecerdasan ganda
(multiple intelligences). Teorinya
menghilangkan anggapan yang ada selama ini tentang kecerdasan manusia. Berdasarkan teori Gardner, David G. Lazear memberikan
petunjuk untuk mengubah dan meningkatkan kecerdasan-kecerdasan tersebut lengkap
dengan instrumentasinya dalam pembelajaran . Ia mengembangkan proses
pembelajaran dikelas yang memanfaatkan dan mengembangkan kecerdasan ganda anak,
dengan harapan dapat digunakan anak diluar kelas dalam mengenali dan memahami
realitas kehidupan. Pokok-pokok pikiran yang dikemukakan Gardner adalah; 1.
Manusia mempunyai kemampuan meningkatkan dan memperkuat kecerdasannya, 2.
Kecerdasan selain dapat berubah dapat pula diajarkan kepada orang lain, 3.
Kecerdasan merupakan realitas majemuk
yang muncul di bagian-bagian yang berbeda pada sistem otak atau pikiran
manusia, 4. Pada tingkat tertentu, kecerdasan ini merupakan satu kesatuan yang
utuh. Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan
masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya
tertentu. Penelitian Gardner mengidentifikasi ada 8 macam
kecerdasan manusia dalam memahami dunia nyata, kemudian diikuti oleh
tokoh-tokoh lain dengan menambahkan dua kecerdasan lagi, sehingga menjadi 10
macam kecerdasan. Berikut kesepuluh kecerdasan tersebut, yaitu : 1)
Kecedasan
verbal/bahasa (verbal linguistic
intelligence), 2)
Kecerdasan
logika/matematik (logical mathematical
intelligence), 3)
Kecerdasan
visual/ruang (visual spatial intelligence), 4)
Kecerdasan
tubuh/gerak tubuh (body/kinesthetic
intelligence), 5)
Kecerdasan
musikal/ritmik (musical/rhytmic
intelligence), 6)
Kecerdesan
interpersonal (interpersonal intellgence), 7)
Kecerdasan
intrapersonal (intrapersonal intelligence), 8)
Kecerdasan
naturalis (naturalistic intelligence), 9)
Kecerdasan
spiritual (spirituallist intelligence), 10)
Kecerdasan eksistensial
(exsistensialist intelligence).
3.
Kriteria Keabsahan
Munculnya Teori Kecerdasan
1)
Memiliki dasar
biologis : Kecendrungan untuk mengetahui dan memecahkan masalah
merupakan sifat dasar biologis/fisiologis manusia. 2)
Bersifat universal
bagi spesies manusia : Kecerdasan berakar pada keberadaan spesies manusia itu
sendiri. 3)
Nilai budaya suatu
ketrampilan :Cara untuk memahami sesuatu didukung oleh budaya manusia
dan merupakan hal yang harus diteruskan kepada generasi penerus. 4)
Memiliki basis
neurologi : Setiap kecerdasan memiliki bagian tertentu pada otak
sebagai pusat kerjanya, dan yang dapat diaktifkan atau dipicu oleh informasi
eksternal maupun internal. 5)
Dapat dinyatakan
dalam bentuk simbol : Setiap kecerdasan dapat dinyatakan dalam bentuk simbol
atau tanda-tanda tertentu. Adanya simbol-simbol tersebut merupakan unci bahwa
kecerdasan dapat dialihkan atau diajarkan.
4. Strategi Dasar Pembelajaran Kecerdasan Ganda
4. Strategi Dasar Pembelajaran Kecerdasan Ganda
Ada beberapa strategi dasar dalam kegiaan pembelajaran
untuk mengembangkan kecerdasan ganda, yaitu : 1)
Awakening intelligence (activating the senses an turning
on the brain). 2)
Amplifying intelligence (exercise & strengthening
awakened capacities). 3)
Teching for/with intelligence (structuring lessons for
multiple intelligences). 4)
Transferring intelligences (multiple ways of knowing
beyond the classroom).
Mengembangkan Kecerdasan Ganda dalam Kegiatan Pembelajaran
Mengembangkan Kecerdasan Ganda dalam Kegiatan Pembelajaran
Kecerdasan ganda sebenarnya merupakan teori yang bersifat
filosofi. Pendidikan/pembelajaran ditinjau dari sudut pandang kecerdasan ganda
lebih mengarah kepada hakekat dari pendidikan itu sendiri, yaitu yang secara
langsung berhubungan dengan eksistensi, kebenaran, dan pengetahuan. Gardner menyadari bahwa banyak orang telah terbiasa
mengatakan atau mendengarkan ungkapan seperti “ia tidak begitu cerdas, tetapi
ia memiliki bakat musik yang sangat hebat”. Sebagaimana orang-orang mengatakan
bahwa sesuatu adalah bakat, oleh Gardner bakat-bakat atau kategori-kategori
tersebut dikatakan sebagai kecerdasan. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam teori
kecerdasan ganda, yaitu : 1. Setiap orang memiliki semua kecerdasan-kecerdasan
itu, 2. Banyak orang dapat mengembangkan masing-masing kecerdasannya sampai
ketingkat yang optimal, 3. Kecerdasan biasanya bekerja bersama-sama dengan cara
yang unik, dan 4. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas.
Kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kecerdasan ganda antara lain,
dengan meyediakan hari-hari karir, studi tour, biografi, pembelajaran
terprogram, eksperimen, majalah dinding, papan display, buku-buku untuk
mengembangkan kecerdasan ganda, membuat tabel perkembangan kecerdasan ganda,
atau human intellingence hunt. Pendidikan/pembelajaran kecerdasan ganda berorientasi
pada pengembangan potensi anak bukan berorientasi pada idealisme guru atau
orang tua apalagi ideologi politik. Ketrampilan-ketrampilan ini sangat
dibutuhkan oleh manusia-manusia yang hidup di era ekonomi informasi abad
global. Strategi dasar mengembangkan kecerdasan ganda meliputi
membangunkan/memicu kecerdasan, memperkuat kecerdasan, mengajarkan dengan/untuk
kecerdasan, dan mentransfer kecerdasan.
Karakteristik komponen-komponen pembelajaran, yaitu : 1.
Tujuan pembelajaran, 2. Strategi, dan 3. Evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah komponen yang sangat penting
dalam sistem pembelajaran. Sesuai dengan standar isi, kurikulum yang berlaku
untuk setiap satuan pendidikan adalah kurikulum berbasis kompetensi. Dalam
kurikulum yang demikian, tujuan yang diharapkan dapat dicapai adalah sejumlah
kompetensi yang tergambar baik dalam kompetensi dasar maupun dalam standar kompetensi. Kompetensi yang
dipahami sebagai kemampuan. Kemampuan menurut W. Gulo bisa kemampuan yang
tampak dan kemampuan yang tidak tampak. Penampilan itu tampak dalam bentuk tingkahlaku
yang dapat didemonstrasikan, sehingga dapat diamati, dapat dilihat, dan dapat dirasakan. Sedangkan
kemapuan yang tidak tampak disebut juga kompetensi rasional, yang dikenal dalam
taksonomi Bloom sebagai kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kedua
kompetensi itu sangat terkait. Kemampuan penampilan akan berkembang manakala
kemampuan rasional meningkat. Strategi atau metode adalah komponen yang juga mempunyai
fungsi sangat menentukan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh
komponen ini. Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat
diimplikasikan melalui strategi yang tepat, maka kmponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam
proses pencapaian tujuan. Oleh karena itu, guru harus memahami secara baik peran
dan fungsi metode dan strategi dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Evaluasi merupakan tahapan penting dalam suatu kegiatan
pembelajaran. Evaluasi pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guna memberi berbagai informasi secara berkesinambungan
dan menyeluruh mengenai proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa. Guna
adanya evaluasi dalam pembelajaran yaitu memberi umpan balik kepada guru dan
murid dengan tujuan memperbaiki cara mengajar, mengadakan perbaikan dan
pengayaan bagi siswa, serta menempatkan siswa pada situasi belajar-mengajar
yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Memberikan
informasi kepada siswa tingkat keberhasilannya dalam pembelajaran. Menentukan
nilai hasil belajar siswa yang antara lain dibutuhkan untuk pemberian laporan kepada
orang tua, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan kelulusan siswa. Rancangan pembelajaran dengan topik “pidato”, kegiatan
pembelajaran peserta didik diwajibkan membuat sebuah wacana pidato dan
membacakan didepan kelas dengan menggunakan
dua bahasa, dengan memperhatikan tekanan dan intonasi yang sesuai dengan
isi pidato, pendengar memberikan perbaikan dengan memberikan kritik dan saran.
Tujuan yang harus dicapai peserta didik diharapkan mampu untuk : 1. Memahami, 2.
Membaca, dan 3. Menulis sebuah pidato.
Sumber tenaga pengajar menjelaskan pidato, dengan menggunakan sumber buku teks,
alat bantu berupa radio tape dan televisi (jika memang dibutuhkan), dan internet.
Penilaian dilakukan dengan cara melakukan praktek, dan tugas individu.
Pemikiran tentang pendidikan keterampilan sudah lama
dikemukakan. Keterampilan bukan hanya sekedar keterampilan bekerja apalagi
keterampilan untuk keterampilan itu sendiri. Keterampilan dalam maknanya yang
luas diartikan sebagai keterampilan demi kehidupan dan penghidupan yang
bermartabat dan sejahtera lahir dan batin. Keterampilan hidup inilah yang dalam
praktek kependidikan perlu dimaknai dan diterjemahkan secara lebih rinci dan
operasional agar dapat dilaksanakan dalam praktek pembelajaran dikelas. Upaya melakukan intensifikasi dan ektensifikasi
pendidikan keterampilan sangatlah diperlukan, karena banyaknya lulusan sekolah
umum yang tidak dapat melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, serta daya serap
ekonomi yang terbatas juga memerlukan tenaga-tenaga terampil dan bermutu.
Keterampilan-keterampilan yang bersifat kejuruan, intelektual, sosial, dan
managerial serta keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan tuntutan
pasar (skill market) yang bervariasi
sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat perlu
dilatihkan pada anak. Kecerdasan
ganda yang dikemukan oleh Gardner yang kemudian dikembangkan oleh para tokoh
lain, terdiri dari kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan logik/matematik,
kecerdasan visual/ruang, kecerdasan tubuh/gerak tubuh, kecerdasan
musikal/ritmik, kecerdasan interfersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan
spiritual, dan kecerdasan eksistensial, perlu dilatihkan dalam rangka
mengembangkan keterampilan hidup. Semua kecerdasan ini sebagai satu kesatuan
yang utuh terpadu. Komposisi keterpaduannya berbeda-beda pada masing-masing
orang dan pada masing-masing budaya,namun secara keseluruhan semua kecerdasan
ttersebut dapat diubah dan ditingkatkan. Kecerdasan yang paling menonjol akan
mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah. Para
pakar kecerdasan sebelum Gardner cendrung memberikan tekanan terhadap
kecerdasan hanya terbatasa pada aspek kognitif, Gardner melakukan hal yang
berbeda, ia memandang manusia tidak hanya sekedar komponen kognitif, namun
suatu keseluruhan. melalui teori kecerdasan ganda (multiple intelligences) ia berusaha menghindari adanya penghakiman
terhadap manusia dari sudut pandang kecerdasan (intelegensi). Tidak ada manusia yang sangat cerdas dan tidak cerdas
untuk seluruh aspek yang ada pada dirinya. Yang ada adalah ada manusia yang
memiliki kecerdasan tinggi pada salah satu kecerdasan yang dimiliki. Mungkin
seseorang memiliki kecerdasan tinggi untuk kecerdasan logika/matematika tetapi
tidak untuk kecerdasan musik atau kecerdasan body/kinestetik. Strategi pembelajaran kecerdasan
ganda bertujuan agar semua potensi anak dapat berkembang. strategi dasar
pembelajarannya dimulai (1) membangunkan/memicu kecerdasan, (2) memperkuat kecerdasan
(3) mengajarkan dengan/untuk kecerdasan dan
(4) mentransfer kecerdasan. sedangkan kegiatan-kegiatannya dapat
dilakukan dengan cara meyediakan hari-hari karir, studi tour, biografi,
pembelajaran terprogram, eksperimen, majalah dinding, papan display, buku-buku
untuk mengembangkan kecerdasan ganda, membuat tabel perkembangan kecerdasan
ganda, atau human intellingence hunt. Upaya
memberdayakan siswa sendiri berupa self
monitoring dan konseling atau
tutor sebaya akan sangat efektif untuk
mengembangkan kecerdasan ganda. Upaya-upaya di atas jika dilakukan akan
menjadikan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan sendiri secara tepat,
mandiri tidak bergantung pada orang lain, bertanggungjawab, percaya diri,
kreatif, mampu berkolaborasi, dan dapat membedakan mana yang baik dan tidak
baik. Kemampuan-kemampuan ini sangat dibutuhkan oleh manusia-manusia yang hidup
di era ekonomi informasi abad global. Dari
sudut pandang teori humanistik, dasar-dasar teori kecerdasan ganda memang
sangat humanis. Psikologi humanistik selalu memberi tekanan pada positive regards, acceptance, awareness,
self-worth yang kesemuanya itu bermuara pada aktualisasi diri yang optimal.
Psikologi humanitis menekankan pada personal
growth, sesuai dengan arah dari teori kecerdasan ganda. Persoalannya adalah
bagaimana menciptakan kondisi kelas bagi tumbuh kembangnya kecerdasan ganda
pada diri para siswa, mengingat banyak orang mempersepsi bahwa kelas yang baik
adalah kelas yang diam, teratur, tertib, dan taat pada guru. Kelas yang ramai
selalu diterima sebagai kelas yang negatif, tidak teraturan, walaupun mungkin
ramainya kelas tersebut disebabkan karena siswa berdebat, berdiskusi,
bereksplorasi, atau kegiatan-kegiatan positif lainnya. Guru-guru yang ada pun
seringkali lebih suka pada kelas yang tertib, teratur, siswa-siswanya patuh dan
tidak kritis. Pendidikan dan pembelajaran yang berdasarkan pada kecerdasan
ganda mebuka kesempatan pada para siswanya untuk kritis dan tidak mungkin patuh
karena siswa menemukan kebenaran-kebenaran lain dari kebenaran lain dari
kebenaran yang dipegang oleh gurunya. Amstrong dalam bukunya "Multiple intilegences in the class room" memberikan
alternatif-alternatif atau cara untuk mementau perkembangan kecerdasan siswa
dikelas dikelas. Misalnya, apa yang dikerjakan siswa ketika mereka mempunyai
waktu luang ?, pembuatan catatan-catatan kecil yang praktis, cheklist tentang
kecerdasan ganda, dokumen-dokumen, peringkat nilai, dan sebagainya. masalahnya,
sejauh mana para guru siap melakukannya ? bagaimana komitmen guru dan pengelola
pendidikan lainnya dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia Indonesia
melalui para siswa disekolah semua jawaban terpulang pada mereka yang terlibat
dalam proses pendidikan dan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, T. 1994. Multiple
intelligences in the classroom. Alexandria: ASCD.
Gardner, H. 1993. Frames
of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic Books.
_________ . 1993. Multiple
Intelligences: The Theory in Practice. New York: Basic Books.
Lazear, D.G. 1990. Seven
Ways of Knowing: Teaching for Multile Intelligences. Australia: Skylight
publisher inc.
Sarlito Wirawan S. 2002. Optimalisasi Kecerdasan Ganda
dalam Era Informasi dan Globalisasi. Yogyakarta: PPS UNY.
Komentar
Posting Komentar