Bahasa dan Berbahasa
Bahasa
dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal yang
digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian
informasi dalam berkomunikasi itu. Pada bagian awal telah disebutkan bahwa
bahasa adalah objek kajian linguistik, sedangkan berbahasa objek kajian
psikologi.
1. Hakikat
Bahasa
Para pakar linguistik deskriftif
biasanya mendefenisikan bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi yang bersifat
arbiter, yang lazim ditambah dengan yang digunakan oleh sekelompok anggota
masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri. (Chaer, 1994). Bagian
utama dari defenisi di atas menyatakan hakikat bahasa itu, dan bagian tambahan
menyatakan apa fungsi bahasa itu.
2. Asal-Usul
Bahasa
Banyak teori telah dilontarkan para pakar
mengenai asal usul bahasa ini. Beberapa diantanya dibicarakan di bawah ini:
F.B Condillac seorang filsuf bangsa
Perancis berpendapat bahwa bahasa itu berasal dari teriakan-teriakan dan
gerak-gerik badan yang bersifat naluri yang dibangkitkan oleh perasaan emosi
yang kuat. Kemudian teriakan-teriakan ini berubah menjadi bunyi-bunyi yang
bermakna dan lama kelamaan semakin panjang dan rumit. Menurut Von Hender bahasa
itu terjadi dari proses onomatope, yaitu peniruan bunyi alam. Bunyi-bunyi alam
yang ditiru ini merupakan benih yang yang tumbuh menjadi bahasa sebagai akibat
dari dorongan hati yang sangat kuat untuk berkomunikasi.
Von Schlegel, seorang ahli filsafat
bangsa Jerman, berpendapat bahwa bahasa-bahasa yang ada di dunia ini tidak
mungin bersumber dari satu bahasa. Asal-usul bahasa itu sangat berlainan
tergantung pada faktor-faktor yang mengatur tumbuhnya bahasa itu.
Brooks (1975) memperkenalkan satu teori
mengenai asal-usul bahasa yang sejalan dengan perkembangan psikolinguistik
dewasa. Menurut Brooks bahasa itu lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran
manusia. Menurut hipotesis Brooks bahasa pada mulanya berbentuk bunyi-bunyi
tetap untuk menggantikan atau sebagai symbol bagi benda, hal, atau kejadian
tetap disekitar yang dekat dengan bunyi-bunyian itu. Kemudian bunyi-bunyi itu
dipakai bersama oleh orang-orang ditempat itu.
Sejalan dengan Brooks, Philip Lieberman
(1975) juga mengemukakan satu teori mengenai asal usul bahasa. Kalau Brooks
merujuk pada hipotesis nurani yang berasal dari Descrartes, maka Liberman
melangkah jauh kebelakang. Menurut Liberman bahasa lahir secara evolusi sebagai
yang dirumuskan oleh Darwin (1859) dengan teori evolusinya.
3. Fungsi
Bahasa
Jawaban tradisional atas pernyataan
apakah fungsi bahasa adalah bahwa bahasa itu adalah alat interaksi sosial,
dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau perasaan
(Chear,1995). Wardhaugh (1972) seorang pakar sosiolinguistik juga mengatakan
bahwa fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan.
Menurut Kinneavy ada lima fungsi dasar bahasa yaitu: fungsi eksfresi, fungsi
informasi, fungsi eksplorasi, fungsi persuasi, dan fungsi entertainment.
(Michel, 1967:51).
Kelima fungsi dasar ini mewadahi konsep
bahwa bahasa alat untuk melahirkan ungkapan-ungkapan batin yang ingin
disampaikan seorang penutur kepada orang lain. Fungsi informative adalah fungsi
untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain. Fungsi eksplorasi
adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal. Fungsi persuasi adalah
penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk
melakukan atau tudak tidak melakukan sesuatu secara baik-baik. Fungsi
entertaimen adalah penggunaan bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan,
atau memuaskan perasaan batin.
4. Proses
Berbahasa
Berbahasa merupakan gabungan berurutan
antara dua proses yaitu proses produktif dan proses reseptif. Proses produktif
berlangsung pada diri pembicara yang menghasilkan kode-kode bahasa yang
bermakna dan berguna. Sedangkan proses reseptif berlangsung pada diri pendengar
yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh
pembicara melalui alat-alat pendengar.
Proses produksi atau proses rancangan
berbahasa disebut encode. Sedangkan proses penerimaan, perekaman, dan pemahaman
disebut proses decode.
Proses decode dimulai dengan decode
fonologi, yakni penerimaan unsure-unsur bunyi melalui telinga pendengar.
Kemudian dilanjutkan dengan encode gramatikal, yakni pemahaman bunyi itu
sebagai satuan gramatikal. Lalu diakhiri dengan decode semantic, yakni
pemahaman akan konsep-konsep atau ide-ide yang dibawa oleh kode tersebut Proses
decode ini terjadi dalam otak pendengar.
Pesan encode dan proses decode dari
pesan, amanat, atau perasaan, terangkum dalam suatu konsep yang disebut poses
komunikasi.
Proses berbahasa produktif dan proses
berbahasa reseptif dapat dianalisis dengan pendekatan prilaku(behaviorisme)dan
pendekatan kognitif. Proses produktif dimulai tahap pemunculan ide, gagasan,
perasaan, atau apa saja yang ada dalam pemikiran seorang pembicara. Tahap awal
ini disebut tahap idealisasi, yang selanjutnya disambung dengan tahap
perancangan, yakni tahap pemilihan bentuk-bentuk bahasa untuk mewadahi gagasan,
ide, atau perasaan yang akan disampaikan. Perancangan ini meliputi komponen
bahasa sintaksis, semantic, dan fonologi. Berikutnya adalah tahap pelaksanaan.
Pada tahap ini secara psikologi orang melahirkan kode verbal atau secara
linguistic orang melahirkan arus ujaran.
Proses reseptif dimulai dengan tahapan
rekognisi atau pengenalan akan arus ujaran yang disampaikan. Mengenal
(rekognisi) berarti menimbulkan kembali kesan yang pernah ada. Tahap pengenalan
dilanjutkan dengan tahap identifikasi, yaitu proses mental yang dapat
membedakan bunyi yang kontrastif, frase, kalimat, teks, dan sebagainya. Setelah
tahap identifikasi ini dilalui, maka sampailah pada tahap pemahaman, sebagai
akhir dari suatu proses berbahasa.
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik
: Kajian Teoretik. Jakarta : PT Rineka Cipta
Komentar
Posting Komentar