Sejarah Perkembangan Psikolinguistik
Pada awal
perkembangannya, psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang
berminat pada psikologi dan adanya pakar psikologi yang berkecimpung dalam linguistik.
Dilanjutkan dengan adanya kerja sama antara pakar linguistik dan pakar
psikologi, dan kemudian muncullah pakar-pakar psikolinguistik sebagai disiplin
mandiri.
1. Psikologi
dalam Linguistik
Dalam sejarahnya kajian linguistik ada
sejumlah pakar linguistik yang menaruh perhatian besar pada psikologi. Diantara
mereka yang diketengahkan adalah Wilhelm Von Humboldt, Ferdinand de Saussure,
Edward Sapir, Leonard Bloomfield, dan Otto Jespersen.
Von Humboldt (1767-1835), pakar linguistik
berkebangsaan Jerman, telah mencoba mengkaji hubungan antara bahasa dengan
pemikiran manusia. Caranya dengan membandingkan tata bahasa dari bahasa-bahasa
yang berlainan dengan tabiat-tabiat bangsa-bangsa penutur bahasa itu.
Ferdinand de Saussure (1858-1913), pakar
linguistik berkebangsaan Swiss, telah berusaha menerangkan apa sebenarnya
bahasa itu (linguistik), dan bagaimana keadaan bahasa itu di dalam otak (psikologi).
Beliau memperkenalkan tiga istilah tentang bahasa yaitu langage (bahasa umumnya
bersifat abstrak), Langue (bahasa tertentu yang bersifat abstrak), parole (bahasa
sebagai tuturan konkret).
Edward Sapir (1884-1939), pakar linguistik
dan antropologi bangsa Amerika, telah mengikutsertakan psikologi dalam
pengkajian bahasa. Menurut Sapir, psikolinguistik dapat memberikan dasar ilmiah
yang kuat dalam pengkajian bahasa. Beliau juga mencoba mengkaji hubungan bahasa
dengan pemikiran. Dari kajian itu beliau berkesimpulan bahwa bahasa terutama
strukturnya merupakan unsur yang menetukan struktur pemikiran manusia.
Leonard Bloomfield (1887-1949), pakar linguistik
bangsa Amerika dalam usahanya menganalisis bahasa telah dipengaruhi oleh dua
aliran psikologi yang saling bertentangan, yaitu mentalisme dan behaviorisme.
Pada mulanya beliau menganalisis bahasa menurut prinsip-prinsip mentalisme yang
sejalan dengan teori psikologi Wundt). Di sini beliau berpendapat bahwa
berbahasa dimulai dari melahirkan pengalaman yang luar biasa, terutama sebagai
penjelmaan dari adanya tekanan emosi yang sangat kuat. Kemudian, sejak tahun
1925, Bloomfield meninggalkan psikologi mentalisme Wundt, lalu menganut paham
psikologi behaviorisme Watson dan Weiss. Beliau menerapkan teori psikologi
behaviorisme dalam teori bahasanya yang kini dikenal sebagai linguistik
structural atau linguistik taksonomi.
Otto Jespersen, Pakar linguistik
berkebangsaan Denmark, telah menganalisis bahasa menurut pikologi mentalistik
yang juga sedikit berbau behaviorisme. Jespersen berpendapat bahwa bahasa
bukanlah satu wujud dalam pengertian satu benda seperti sebuah meja atau seekor
kucing melainkan merupakan satu fungsi manusia sebagai lambing-lambang di dalam
otak yang melambangkan pikiran atau yang membangkitkan pikiran itu. Beliau juga
berpendapat bahwa berkomunikasi haris dilihat dari sudut perilaku.
2. Linguistik
dalam Psikologi
Dalam sejarahnya perkembangan psikologi
ada sejumlah pakar psikologi ada sejumlah pakar psikologi yang menaruh
perhatian pada linguistik. Diantara mereka yang patut diketengahkan adalh John
Dewey, Karl Buchler, Wundt, Watson, dan Weiss.
John Dewey (1859-1952), pakar psikologi
berkebangsaan Amerika, seorang empirisme murni. Beliau mengkaji behasa dan
perkembangannya dengan cara menafsirkan analisis linguisti kanak-kanak
berdasarkan prinsip-prinsip psikologi. Dengan cara inilah maka, berdasarkan
prinsip-prinsip psikologi akan dapat ditentukan hubungan antara kata-kata
adverbial dan preposisidistu pihak dengan kata-kata berkelas nomina dan
adjektiva dipihak lain. Jadi, dengan pengkajian kelas kata berdasarkan
pemahaman kanak-kanak kita dapat menetukan kecendrungan akal (mental)
kanak-kanak yang dihubungkan dengan perbedaan-perbedaan linguistik. Pengkajian
seperti ini, menurut Dewey akan memberikan bantuan yang besar kepada psikologi
bahasa pada umumnya.
Karl Buchler, pakar linguistik
berkebanngsaan Jerman, Dalam bukunya Sprach Theorie (1934), beliau menyatakan
bahwa bahasa manusia itu mempunyai tiga fungsi yang disebut Kungabe (kemudian
disebut Ausdruck) Appell (yang sebelumnya disebut Auslosung), dan Darstellung.
Yang dimaksud dengan Kungabe adalh tindakan komunikatif yang diwujudkan dalam
bentuk verbal. Appell adalah permintaan yang ditujukan kepada orang lain.
Sedangkan darstellung adalah penggambaran pokok masalah yang dikomunikasikan.
Wundt (1832-1920) ahli psikologi
berkebangsaan Jerman, orang pertama yang mengembangkan secara sistematis teori
mentalistik bahasa. Beliau menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk melahirkan
pikiran. Di samping itu, Wundt juga dikenal sebagai pengembang teori
performansi bahasa (language performance). Teori ini didasarkan pada analisis
psikologi yang dilakukannya terdiri dari dua aspek yaitu, 1. Fenomena luar yang
berupa cipta bunyi, dan 2. Fenomena dalam yang berupa rentetan pikiran. Hal ini
menujukkan bahwa analisis yang dibuat Wundt terhadap hubungan system fenomena linguistik
(bahasa). Dengan kata lain, interaksi antara fenomena dalam akan dapat dipahami
dengan lebih baik melalui pengkajian struktur bahasa.
Watson (1878-1958) ahli psikologi
behaviorisme berkebangsaan Amerika, Beliau menempatkan prilaku berbahasa sama
dengan prilaku atau kegiatan lainnya, seperti makan, berjalan, dan melompat.
Pada mulanya Watson hanya menghubungkan perilaku berbahasa yang implisit, yakni
yang terjadi di dalam pikiran, dengan yang eksplisit, yakni yang berupa
tuturan. Namun, kemudiandia telah menyamakan berbahasa itu dengan teori
stimulus respons (S-R) yang dikembangkan oleh Pavlov.
Weiss, ahli psikologi behaviorisme
Amerika, Beliau mengakui adanya aspek mental dalam bahasa. Namun karena wujudnya
tidak memiliki kekuatan bentuk fisik, maka terwujudnya itu sukar dikaji atau
ditunjukkan. Oleh karena itu, Weiss lebih cenderung mengatakan bahwa bahasa itu
sebagai satu bentuk prilaku apabila seseorang menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sosialnya.
3. Kerja
sama Psikologi dan Linguistik
Kerja sama secara langsung antara
disiplin psikologi dan linguistik dimulai sejak 1860. Yaitu oleh Heyman
Steinthal, seorang ahli psikologi yang yang beralih menjadi ahli linguistik,
dan Moria Lazarus seorang ahli linguistik yang beralih menjadi ahli psikologi
dengan menerbitkan sebuah jurnal yang khusus membicarakan masalah psikologi
bahasa dari sudut linguistik dan psikologi.
Menurut Steinthal, sebuah ilmu psikologi
tidak mungkin dapat hidup tanpa sebuah ilmu bahasa. Juga dikatakannya bahwa
satu-satunya jalan untuk masuk ke dalam akal manusia adalah melalui hukum-hukum
asal bahasa dan bukan melalui pancaindra manusia. Kerja sama ini lebih erat
dilakukanpada tahun 1901 di Jerman oleh Albert Thumb seorang ahli linguistik
dengan Karl Marbe seorang ahli psikologi yang memnerbitkan buku Experimentelle
Untersuchungen iiber die Psychologishen Grundlagen der Sprachlichen ana
logiebieldung sebagai hasil kerja samanya. Secara khusus Thumb dan Marbe telah
melakukan kajian yang mendalam mengenai bahasa dengan cara melakukan kerjasama
antara analisis linguistik dari analogi dengan analisis psikologi dari hubungan
pertuturan bahasa.
Dasar-dasar psikolinguistik menurut
beberapa pakar di dalam buku yang disunting oleh Osgood dan Sebeok di atas
adalah sebagai berikut:
1.
Psikolinguistik
adalah satu teori linguistik berdasarkan bahasa yang dianggap sebagai sebuah
system elemen yang saling berhubungan.
2.
Psikolinguistik
adalah satu teori pembelajaran (menurut teori behaviorisme) berdasarkan bahasa
yang dianggap sebagai satu system tabiat dan kemampuan kemampuan yang
menghubungkan isyarat dengan perilaku.
3. Psikolinguistik adalah satu teori
informasi yang menganggap bahasa sebagai sebuah alat untuk menyampaikan suatu
benda.
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik
: Kajian Teoretik. Jakarta : PT Rineka Cipta
Komentar
Posting Komentar